Letak Geografis Pura ini, Pura Pucak Hyang Ukir terletak di atas Bukit
Bangli di Desa Kubu, Kabupaten bangli , letak Pura Pucak Hyang Ukir
kira-kira 200 meter dari Kota Bangli.
Pada zaman dahulu di Kerajaan Bangli bertahta seorang Raja bernama Ida
I Dewa Perasi yang berasal dari satrya Taman Bali, beliau beristana di
kaki gunung Bangli yang pucaknya bernama Hyang Ukir/Hyang Api yang
merupakan Benteng Tembok Kerajaan Bangli, yang kala itu berpusat di Puri
Timbul Alas Soko sebagai pusat Pemerintahan. Di kaki Gunung sebelah
utara terdapat dataran rendah, di pojok utaranya terdapat Bukit Pandakan
yang angker dan sakral pengaman Hyang Ukir,Hyang Tanda, Hyang Karimana,
Pemahyun Kehen .
Di bawah Bukit Pandakan sebelah barat ada wangsa
Pasek, beberapa keluarga pondokan Kubu yang juga ada wangsa Pinatih
Tulikup mesikara tunggal dengan Ki Pasek, sesana anut linggih sudah
nyineb wangsa, tempat tersebut oleh Maharaja Bangli disebut Pekraman
Pakubuan, pangemong Hyang Pandakan. Ada disebut putra I Gusti Bija Kula
pernah Raja di bale Agung Bangli dahulu, nyineb wangsa tidak lagi
menjadi I Gusti, diperintahkan oleh Raja Bangli menjadi pepacek di Selat
mendapingi Pasek Sanak Sapta Rsi, oleh karena I Gusti Waya Biya cakap
dengan ilmu bathin tetapi sudah nyineb wangsa diperintah oleh Ki Pasek
menjadi pepacek di Petak Petepi Siring Bangli, pindah I Gede Biya
sekeluarga diikuti oleh panjak pengikutnya yang berasal dari bale Agung
Bangli. Ada juga putra dari I Gusti Dangi Pasar yang bernama I Gusti
Dangin pindah ke Desa Sekaan bersama empat orang dengan Kawitan Tunggal
membawa Punggalan Barong Bangkal, yang mana kayu punggalan terswebut
berasal dari Bukit Penulisan, pindah ke Paku Duwi atas ijin dari Jero
Mekel Sekaan, oleh jero Mekel tidak diperbolehkan lupa dengan kahyangan
di Sekaan.
Sesudah Raja Bangli Ida I Dewa Perasi memberi tempat pada
putra Raja Bale Agung, ada di Siladan, ada di Sidawa yang kesemuanya
nyineb wangsa. Tiba-tiba di daerah kekuasaan Raja Bangli di bagian
pegunungan Seluluing, Belantih, Bayung, Cempaga sempat lari ke Puri
Agung Bangli dengan melarikan prasastinya yang amat disucikan diserahkan
pada Raja Bangliuntuk diselamatkan, Prasasti tersebut disimpan di Desa
Gunaksa kemudian disebut Cempaga. Dengan datangnya orang Batur yang
membawa Prasasti Pura Cempaga baru Raja Bangli tahu bahwa daerah
pegunungan sudah dikuasai oleh Laskar Guwak Bala Yudha I Gusti Panji
Sakti Raja Buleleng, dengan suara Bende yang dipukulnya tidak
henti-hentinya. Bagi yang mendengar suara bende tersebut muncul rasa
takut yang besar sehingga lari meninggalkan rumah dan desanya. Saat itu
juga Raja Bangli segera mengerahkan Bala Yudhanya ke daerah Penebengan
Pusat Pertahanan Kerajaan Bangli di sebelah utara kaki Gunung Bangli.
Untuk menolak kekuatan musuh oleh Raja Bangli diperintahkan di Pura
Kahyangan Raja Bangli seluruh Pendeta Siwa Budha, Bhujangga dan para
Pemangku mengadakan pebaktian untuk memohon penolak musuh. Di Pura Bukit
Hyang Pandakan beryoga Sri Bhujangga Wesnawa untuk memohon penolak
bencana. Di Pucak Hyang Ukir/Hyang Api beryoga Pendeta Budha dengan
sarana Genta. Di Perhyangan Hyang Tanda Kehen beryoga Pendeta Siwa, di
Perhyangan Hyang Tegal Bebalang beryoga Pemangku Gede, pura-pura lainnya
tetap dibuka pintu/lawangannya selama menghadapi musuh, di Pura Hyang
Waringin Pemangkunya bersama pemangku Dalem Tengahan
Pasukan Laskar Guak Bala Yudha I Gusti Panji Sakti sudah
berhasil menguasai Desa Satra, Bantang, Catur, Selulung, Bayung Gede.
Rakyat Bayung Gede lari tunggang langgang sampai di Desa Pengelipuran,
Desa Langkan, sebagian ke Pucangan dan Kayubihi serta banyak tercecer ke
desa-desa lainnya. Laskar Guak Bala Yudha Raja Buleleng sudah sampai di
tanah KEKERAN di sebelah utara Bukit Pandakan penyapu mala petaka
dengan Manik Yuyu Geringsing yang badan dan kakinya mengeluarkan Api,
Yuyu itu membayang-bayangi Laskar Guak Pasukan Bala Yudha Raja Buleleng
hingga tidak berani melewati Padukuhan Kubu. Bala Yudha Buleleng
berminggu-minggu tinggal di tanah Kekeran, sampai-sampai membuat
pondok/kemah di Kalangan Kekeran, Sanan Pemikul Perbekalan yang terbuat
dari Bambu ditancapkan sebagai tiang pondok perkemahan, tiang bambu
tersebut banyak yang hidup sehingga disebut Bambu/tiing Bekelan. Laskar
Guak Bala Yudha Buleleng mengupayakan berbagai cara untuk bisa melewati
Padukuhan Kubu Bukit Pandakan namun sia-sia tetap tidak berhasil, suara
Bende yang dibanggakan menjadi andalannya sudah tidak bisa berbunyi
lagi, pada tengah malam dengan tidak diduga-dugadatang dari arah selatan
Api yang berbentuk Yuyu/Kepiting dengan jumlah yang sangat banyak
menyerang Laskar Bala Yudha Buleleng, banyak Bala Yudha yang mati dengan
perut terrobek-robek oleh Yuyu yang sangat besar tersebut, pasukan
Balaq Yudha Buleleng lari tunggang langgang dikejar oleh Yuyu yang
besar-besa, sudah hampir pagi Bala Yudha Buleleng lari kembali ke utara
sehingga berpapasan dengan Bala Yudha Bantuan dari Buleleng yang
bersenjata lengkap dibawah pimpinan Ki Pasek Menyali. Pasukan Guak yang
dikejar oleh Yuyu Api lupa menyuarakan Bende karena sakeng takutnya,
sehingga pasukan bantuan yang bersenjata lengkap terkejut dikira laskar
Bangli yang menyerang dari kegelapan, dalam suasana yang gelap dan
tegang pertempuranpun tak dapat dihindarkan Pasukan Goak saling bantai
satu dengan yang lainnya sehingga banyak mayat bergelimpangan di tempat
tersebut. Sesudah pagi baru diketahui pasukan yang datang dari arah
utara adalah pasukan Buleleng yang dipersiapkan untuk membantu Laskar
Goak menyerang Bangli karena Raja Buleleng I Gusti Panji Sakti mendapat
pawisik bahwa Raja Bangli sudah menyerah di Pura Kehen, pasukan
Bulelengpun baru menyadari bahwa yang mereka bantai itu adalah Laskar
Guwak Bala Yudha Buleleng yang lari tertatih-tatih, apapun yang dikata
sudah banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran saudara tersebut,
tempat itu akhirnya dinamai Desa Bangkelet = bangke kelet. pasukan
Buleleng akhirnya mengundurkan diri ke Buleleng. Dan akhirnya terbutklah
Pura Pucak Hyang Ukir yang berada di Kota Bangli.
PELINGGIH-PELINGGIH YANG ADA DI PURA PUCAK HYANG UKIR
Pelinggih ini merupakan pelinggihan Betara Giri Putri, yang berada di Madya Mandala Pura Pucak Hyang Ukir
Pelinggih ini merupakan pelinggihan Hyang Weringin, yang berada di Madya Mandala
Pelinggih ini disebut Surya
Pelinggih ini disebut Meru Pemedal Tiga, karena merupakan pintu masuk
dan keluar Dewa Brahma pada Pemedal sebelah Utara, pintu masuk dan
keluar Dewa Wisnu pada Pemedal sebelah Selatan, dan pada Pemedal depan
merupakan pintu masuk dan keluarnya Dewa Siwa. Di dalam Meru Pemedal
Tiga ini derdapat Pengayangan Batara Gunung Agung, Pengayangan Betara
Gunung Sari, Pengayangan Batara Gunung Meraung, Pengayangan Corong
Agung, Pengayangan Kentel Gumi, Pengayangan Tengahin Segara, Pengayangan
Watu Megantung, Pengayangan Ratu Gede Penyarikan, dan Pengayangan Ratu
Mas Subandar.
Pelinggih ini merupakan Ngrurah Gede Penyarikan, di sini merupakan tempat pelinggihan Naga Taksaka, Naga Gombang, dan Naga Raja
Pelinggih ini disebut Dasar
Pelinggih ini disebut Ngrurah Agung
Pelinggih ini disebut Ngrurah Alit